Lanjut ke konten

Filosofi Lebaran Ketupat

Juli 23, 2015

Filosofi KetupatKonon, begini ceritanya; Pembuatan ketupat yang pertama itu dalam rangka mensyukuri telah selesainya melaksanakan puasa selama satu bulan, satu hari setelah itu kan puasa lagi enam hari, yaitu puasa sunnah syawwal, nah setelah selesai berpuasa sunnah tersebut, barulah orang orang Islam Nusantara itu benar benar merasakan lebaran, disamping mensyukuri kembali telah bisa melaksanakan puasa sunnah tersebut dengan cara kembali membuat ketupat dan lepet. Mungkin, andai di jawa ini banyak terdapat kurma atau gandum, nenek moyang kita bisa merekreasikan hal hal yang persis dimakan oleh Rosulullah صلى الله عليه وسلم. Saya yakin nenek Moyang kita juga sangat faham dengan apa yang disebut bidngah. Baca selengkapnya…

Harlah, Natal, dan Maulid

Desember 15, 2014

Selamat Natal bagi yang merayakan. Semoga kerukunan antarumat beragama semakin terjaga. #salam damaiPenggunaan ketiga kata di atas dalam satu nafas, tentu banyak membuat orang marah. Seolah-olah penulis menyamakan ketiga peristiwa itu, karena bagi kebanyakan kaum Muslimin, satu dari yang lain sangat berbeda artinya. Harlah (hari lahir) digunakan untuk menunjuk kepada saat kelahiran seseorang atau sebuah institusi. Dengan demikian, ia memiliki “arti biasa” yang tidak ada kaitannya dengan agama. Sementara bagi kaum Muslimin, kata Maulid selalu diartikan saat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dan kata Natal bagi kebanyakan orang, termasuk kaum Muslimin dan terlebih-lebih kaum Nasrani, memiliki arti khusus yaitu hari kelahiran Isa Al-Masih. Karena itulah, penyamaannya dalam satu nafas yang ditimbulkan oleh judul di atas, dianggap “bertentangan” dengan ajaran agama. Karena dalam pandangan mereka, istilah itu memang harus dibedakan satu dari yang lain. Penyampaiannya pun dapat memberikan kesan lain, dari yang dimaksudkan oleh orang yang mengucapkannya. Baca selengkapnya…

Tobatnya Para “Golput”

Juli 4, 2014

JokowiGAGAL GOLPUT | ‪#‎AkhirnyaMilihJokowi‬ | Sebelumnya aku bersitahan untuk tak memilih, tetap golput, meski kawan-kawanku kelompok golput satu per satu memutuskan untuk memilih no 2. Aku masih belum yakin dengan argumen mereka. Apalagi guru-guru ruhani yang kuhormati terbelah menjadi dua kubu yang berbeda. Tetapi 3 hari terakhir perkembangan begitu mengejutkan: situasi, debat, gerakan rakyat, voluntarisme, dan terutama fitnah dan adu-domba menjadi semakin keras dan keji justru di bulan puasa. Aku jadi sadar mengapa kawan-kawanku mendadak berubah untuk memutuskan memilih.

Baca selengkapnya…