Lanjut ke konten

Filosofi Lebaran Ketupat

Juli 23, 2015

Filosofi KetupatKonon, begini ceritanya; Pembuatan ketupat yang pertama itu dalam rangka mensyukuri telah selesainya melaksanakan puasa selama satu bulan, satu hari setelah itu kan puasa lagi enam hari, yaitu puasa sunnah syawwal, nah setelah selesai berpuasa sunnah tersebut, barulah orang orang Islam Nusantara itu benar benar merasakan lebaran, disamping mensyukuri kembali telah bisa melaksanakan puasa sunnah tersebut dengan cara kembali membuat ketupat dan lepet. Mungkin, andai di jawa ini banyak terdapat kurma atau gandum, nenek moyang kita bisa merekreasikan hal hal yang persis dimakan oleh Rosulullah صلى الله عليه وسلم. Saya yakin nenek Moyang kita juga sangat faham dengan apa yang disebut bidngah.

Kupat dan Lepet adalah kirata bahasa jawa sebagai simbol yang makna filosofinya:

Kupat = ngaku lepat (mengakui kesalahan), sedangkan Lepet = disilep engkang rapet (dikubur yang rapat). (Sumber: tutur tinular turun temurun)

Budaya kupat lepet ini asli dari jawa, tak ada pengaruh dari agama sebelumnya atau budaya negara manapun, jika dikatakan sebagai budaya hindu budha, anda pasti tahu sendiri, bahwa di negara asal kedua negara tersebut sama sekali tidak ditemukan adanya kupat lepet.

Ditambah sebagai bahan pembuatannya yang dari Janur (daun kelapa muda), padahal orang orang kuno telah mengenal daun lontar, yang mana lontar ini sebenarnya jauh lebih mudah dibuat ketupat atau pembungkus lepet, tetapi nenek moyang kita justru lebih memilih janur, karena seperti halnya kebiasaan nenek moyang kita yang suka menanamkan ilmu dan tata krama lewat bahasa dan istilah, kandungan filosofinya janur adalah Ja-a Nurun (telah datang cahaya).

Nah, inilah yang disebut ,irfan, dan ,irfan ini hanya bisa diraih oleh orang orang yang hatinya menyamudera. ,Irfan itu mengalir begitu saja karena nenek moyang kita dalam menghadapi pertempuran sosial dengan ketenangan yang luar biasa, trik dan intrik saat itu dihadapi dengan tanpa didahului oleh kebencian dan kemarahan, inilah ciri Islam Nusantara.

_____________________________________

**Kyai Zainal Ma’arif

One Comment leave one →
  1. Maret 23, 2016 5:52 am

    Wah ternyata di balik nama kupat lepet tersimpan filosofi yang maknanya cukup dalam ya mas.. oya, sepertinya postingan ini sudah cukup lama diterbitkan. Sibuk ya mas?

Tinggalkan komentar