Tobatnya Para “Golput”

GAGAL GOLPUT | ‪#‎AkhirnyaMilihJokowi‬ | Sebelumnya aku bersitahan untuk tak memilih, tetap golput, meski kawan-kawanku kelompok golput satu per satu memutuskan untuk memilih no 2. Aku masih belum yakin dengan argumen mereka. Apalagi guru-guru ruhani yang kuhormati terbelah menjadi dua kubu yang berbeda. Tetapi 3 hari terakhir perkembangan begitu mengejutkan: situasi, debat, gerakan rakyat, voluntarisme, dan terutama fitnah dan adu-domba menjadi semakin keras dan keji justru di bulan puasa. Aku jadi sadar mengapa kawan-kawanku mendadak berubah untuk memutuskan memilih.

Pada akhirnya, suatu hari nanti anakku akan membaca sejarah Indonesia, termasuk pemilu 2014 ini yang menurutku cukup penting. Kelak aku akan menceritakan kepada anakku di mana posisi ayahnya dan berbagai macam alasannya. Ada banyak alasan fakta dan pertimbangan rasional (dan tak perlu kutulis di sini karena amat banyak), tetapi yang akan kutekankan kepada anakku adalah seperti kata Gus Dur, “kemanusiaan jauh lebih penting daripada politik.” Karena itu, kepada anakku kelak, sesudah kujelaskan berbagai macam argumen itu, juga akan kukatakan kepadanya salah satu dari sekian banyak alasan yang sederhana saja, alasan kemanusiaan: “di dunia ini, engkau harus menghormati ayah, dan terutama ibumu; dan jika nanti engkau menjumpai orang-orang yang demi kekuasaan yang hanya 5 atau 10 tahun tega memfitnah dengan sebutan kafir kepada ayah dan apalagi ibu dari lawan politiknya yang tidak ada sangkut-pautnya dengan persaingan, maka lupakan segala dalih dan alasan lain; Fitnah terhadap orang tua itu adalah tindakan buruk terhadap kemanusiaan, dan itu sudah cukup untuk memutuskan engkau mesti berdiri di posisi mana.”

Aku sudah menentukan pilihan ke kubu nomor 2, dan aku buat avatar ini sendiri. Maka tak penting lagi perdebatan bagiku. ‪#‎Salam2Jari‬. Dan apapun pilihanmu, kita satu bangsa dan mari tetap rukun dan tetap bekerja. 😉

____________________

Courtessy: Mbah Nyutz