Lanjut ke konten

Prof. Dr. Moh. Shochib, M.Pd (Rektor Universitas Yudharta Pasuruan) di Mata Saya :-)

September 26, 2012

Prof. Dr. Moh. Shochib, M.Pd seorang Guru Besar dari Kampus Universitas Negeri Malang. Beliau juga adalah Rektor Universitas Yudharta Pasuruan (UYP) periode 2002-2010 (kalo ndak keliru masa jabatannya lho). Prof. Dr. Moh. Shochib, M.Pd dilahirkan di Mojokerto pada tanggal 2 September 1960. Program doktor ia selesaikan di IKIP Bandung pada tahun 1997. Secara pribadi, saya mengenal (baca: sekedar tahu orangnya) beliau ketika di tahun 2003 saya kuliah di Universitas Yudharta Pasuruan. Sebuah Universitas yang berada di bawah naungan Yayasan Darut Taqwa (PP. Ngalah-Purwosari) asuhan dari Kyai Sholeh Bahruddin.

Sebelum Yudharta, perguruan tinggi di Darut Taqwa adalah STAIS (Sekolah Tinggi Agama Islam Sengonagung) dengan 3 (tiga) Progam Studi, yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA) dan Ekonomi Islam (Eki). Kemudian mengalami perubahan status di tahun 2002 menjadi Universitas Yudharta Pasuruan dengan 14 Program Studi dan 5 Fakultas. Pada saat pergantian status inilah Prof. Dr. Moh. Shochib, M.Pd menjadi pucuk pimpinan (Rektor) di Yudharta.

Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai Rektor UYP, Prof. Dr. Moh. Shochib, M.Pd beliau dibantu oleh beberapa Pembantu Rektor (PR), Abu Amar Bustomi, M.Si (sebagai PR I), Mukhlis Hidayat, MT (sebagai PR II) dan Khoirul Faizin, M.PdI (sebagai PR III). Dari beberapa keempat pimpinan UYP inilah saya (secara pribadi) mempunyai pengalaman yang “mengesankan”. Terlepas dari pro kontra terhadap mereka, yang jelas inilah pengalaman yang membuat saya menyempatkan diri untuk sekedar mencatat “puing-puing” ingatan masa lalu 🙂

Pak Shochib, biasa kami mahasiswa Yudharta memanggil. Pertemuan pertama dengan beliau, ketika acara pembukaan Pasopati (ya, kalo dikampus lain semacam Ospek lah). Dari pertemuan ketika itu, saya menilai beliau orangnya tenang dan santai :-). Namun, lambat laun ketika saya sudah mulai masuk perkuliahan (setelah selesai Program Matrikulasi), saya banyak mendengar bahwa beliau (Pak Shochib) itu ternyata jarang ke kampus (atau kalo bahasa sekarang “jarang ngantor” kalee). Tidak seperti dosen-dosen dan staf-staf lainnya yang setiap jam kerja hadir di kampus.

Peristiwa inilah yang membuat beberapa senior dari angkatan saya (dari berbagai lintas program studi) menjadi “penasaran”. Terutama dari kalangan teman-teman aktifis kampus yang menganggap fenomena ketidakhadiran (alias jarang hadir)-nya seorang Rektor di institusinya membuat mereka berasumsi bahwa kinerja Rektor kurang profesional.

Rasa penasaran dan keingintahuan yang mendalam beberapa mahasiswa terhadap “keabsenan sang Rektor” membuat mereka membentuk FPK (Forum Peduli Kampus). FPK ini beranggotakan beberapa perwakilan dari elemen mahasiswa, baik dari tingkatan kelas sampai organisasi Intra maupun Ekstra kampus. Forum ini melakukan gerakan “underground” membentuk opini-opini dan diskusi-diskusi tentang masa depan kampus (tentunya prespektif mahasiswa 🙂 hehehe).

Dari diskusi dan gerakan-gerakan Underground itulah, FPK berhasil mengagendakan pertemuan (semacam) audiensi dengan pihak Rektorat terutama menghadirkan sang Rektor untuk berdialog dangan perwakilan mahasiswa untuk membincang “rasa penasaran” terhadap kinerja seorang Rektor.

Kebetulan, saya berkesempatan menjadi delegasi dari perwakilan mahasiswa untuk agenda yang diselenggarakan oleh teman-teman FPK. Nah, dari pertemuan itulah saya “sedikit-banyak” bisa mengenal secara langsung dengan Prof. Dr. Moh. Shochib, M.Pd, meski hanya dalam pertemuan-pertemuan formal 🙂

Pertemuan FPK dengan pihak Rektorat itu berlangsung sekitar 2 jam. Meski pada saat awal pertemuan itu Pak Shocib belum hadir, namun setelah satu jam setelah diisi penjelasan-penjelasan oleh pihak Rektorat terkait dengan beberapa permasalahan perkuliahan (salah satunya saat itu yang marak adalah ketidakhadiran Dosen dalam mengajar). Setelah hadir, Pak Shocib (santai dan berwibawa) memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyampaikan “maksud & uneg-uneg” dengan adanya forum ini. Bisa ditebak!! kebanyakan mahasiswa dalam pertemuan itu memang mempermasalahkan “Kenapa Pak Rektor Kok Jarang Ngantor?!!” :-).

Dengan tenang dan santai, Pak Shochib menanggapi beberapa keluhan dari mahasiswa yang tergabung di FPK tersebut. Salah satu pernyataan beliau yang sampai hari ini saya ingat adalah, “Kampus ini (Yudharta.red) baru berdiri. Secara administrasi dan gerakan juga pola belajar mengajar juga butuh proses. Jadi, dengan tanpa maksud melempar tanggung jawab, saya ini sebagai Rektor mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang eksternal, kalau urusan internal ya… bisa ditangani yang bagian internal, seperti Pembantu Rektor dan yang lainnya donk… Kita ini lembaga akademis, jadi ada pembagian tugas atau job-nya masing-masing. Apa kalian mau, saya ngantor tiap hari dan ndak perlu ngurusin yang di luar, seperti jaringan, urusan dengan dikti, kopertis dan lain-lain. Kalau itu yang terjadi, yaaa bagaimana Yudharta bisa lari kenceng”.

“Selain itu, saya juga punya tanggung jawab di kampus dimana saya mengabdi (UM.red), jadi ndak bisalah saya harus disamakan dengan dosen atau staf yang lain kalau hanya sekedar kehadiran saja yang dipermasalahkan!. Masing-masing dari kita baik saya, dosen, staf dan anda-anda mahasiswa sudah memiliki tugas masing-masing. Urusan dosen yang masih belum bisa hadir ketika perkuliahan, yaa dimaklumi dulu lah, pelan-pelan kita perbaiki kedepannya,” tambah Pak Shochib dalam pernyataan beliau.

Dari pertemuan tersebut, saya mempunyai pengalaman yang sungguh “mengesankan”. Mungkin karena sikap “lugu” dan baru menjadi mahasiswa sampai hal seperti ketidakhadiran seorang Rektor saja dipermasalahkan hehehe…

Tapi, setelah peristiwa itu. Saya juga masih sering menyaksikan “ketidakhadiran” Pak Rektor di Kampus Yudharta, baru sekitar tahun 2006-an beliau punya waktu khusus untuk hadir “ngantor” di Universitas Yudharta Pasuruan, (kalo ndak salah sih, hari Rabu yaaa).

***

Terakhir, saya bertemu dan bertatap muka pada wisuda 2009. Saat beliau menjadi pimpinan Sidang Senat Universitas Yudharta. So, dari sepak terjang beliau, secara pribadi saya banyak belajar :-). Terlepas dari pro kontra yang menilai terhadap pola kepemimpinan bilau di Kampus Multicultural (Yudharta).

Ketika tahun 2010, saya mendengar beliau ikut dalam pencalonan Rektor Universitas Negeri Malang, meski pada akhir pemilihan beliau gagal. Karena perolehan dari pemilihan Rektor UM tersebut adalah sebagai berikut: Dr. Supriyono M.Pd meraih 463 suara, Prof. Dr. Moh Shochib 150 suara, Prof. Dr. Ipung Yuwono, M.S., M.Sc meraih 74 suara, Prof. Dr. Suyono M.Pd meraih 54 suara, Prof. Dr. Mit Witjaksono M.Ed meraih 43 suara.

***

Kini Prof. Dr. Moh. Shochib, M.Pd yang memiliki Pangkat: Pembina Utama Madya, dengan Golongan: IV/d telah tiada (meninggalkan kita semua), hal ini saya ketahui dari SMS seorang teman tertanggal 10 September 2012 dan dari beberapa status Facebook Dosen Yudharta. Aaahh, semoga apa yang telah diperbuat oleh beliau di Yudharta mendapat balasan yang setimpal. Kita tahu, keberadaan dan masa depan Universitas Yudharta Pasuruan saat ini tidak bisa serta-merta lepas dari “jasa” beliau. Betul, tidak kawaaannn? 🙂

Prof. Dr. Moh. Shochib, M.Pd al fatihah….

6 Komentar leave one →
  1. gia farro permalink
    Januari 9, 2013 11:48 am

    beliau juga dosen saya di UM mas… salam kenal buat mas ayik
    maju terus pasuruan

    • Januari 25, 2013 6:38 am

      maturnuwun juragan 🙂
      *kapan2 mampir lagi di sini yaa…

      • Yusrani permalink
        Desember 24, 2021 2:07 am

        Mas ayik, untuk nyari biografi lengkap bapaknya di mana ya? Atau foto beliau
        Masih sangat sulit ditemukan..

  2. Vicky Tartila permalink
    Mei 22, 2013 9:35 am

    makasih sanget mas atas informasi serta feadbacknya agar qta tahu mengenai seluk beluk beliau….

  3. Edi cahyono permalink
    Desember 16, 2014 11:36 am

    kalau bolehtau karya-karya beliau dalam sebuah buku itu apa aja ya ?

Tinggalkan komentar