Lanjut ke konten

Lailatul Qadar ala Republik Ngalah

Agustus 29, 2011

Lailatul Qadar ala Pondok Pesantren Ngalah.

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi kami membuat catatan ini. Catatan kecil tentang ritual malem likuran (lailatul qadar) yang diselenggarakan di Pondok Ngalah. Entah berapa tahun, hampir tiap di 10 akhir bulan ramadhan kami singgah dan mencoba untuk berintegrasi di Pondok ini, kami menyebutnya “berburu lailatul qadar”.

Seperti yang hampir dilakukan oleh umat Islam lainnya, di wilayah pasuruan bahkan di daerah-daerah lain. Momentum 10 akhir bulan ramadhan merupakan “peluang” tersendiri untuk lebih meningkatkan kapasitas sekaligus kualitas ibadah kita. “Pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya.” (HR. Muslim). Begitu amsal Nabi untuk menggambarkan keistimewaan di 10 hari di akhir bulan ramadhan.

 

Malam itu bernama “Lailatul Qadar”

Di antara keistimewaan 10 hari ini adalah di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan atau yang dikenal dengan malam al-qadar. Pada malam ini Al-Qur`an diturunkan, pada malam ini ditetapkan takdir untuk setahun berikutnya, dan pada malam ini terdapat banyak pengampunan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul.” (QS. Ad-Dukhan: 3-5)

Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar (bahasa Arab: لَيْلَةِ الْقَدْرِ ) (malam ketetapan) adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al Qur’an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dan juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Qur’an. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al Qadar, surat ke-97 dalam Al Qur’an.

Menurut Quraish Shihab, kata Qadar sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Al Qur’an dapat memiliki tiga arti yakni [1]:

  1. Penetapan dan pengaturan sehingga Lailat Al-Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Penggunaan Qadar sebagai ketetapan dapat dijumpai pada surat Ad Dukhan ayat 3-5 : Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penah hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami
  2. Kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran. Penggunaan Qadar yang merujuk pada kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al-An’am (6): 91 yang berbicara tentang kaum musyrik: Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada masyarakat
  3. Sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr. Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Ra’d ayat 26: Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendaki-Nya)

Berbicara masalah keutamaan lailatul qadar, maka kita akan dibawa pada pemahaman yang sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

“Lailatul qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir, barangsiapa bangun di malam-malam itu dengan dorongan mencari pahalanya, Allah Tabaaroka wa Ta’ala mengampuni dosanya yang terdahulu dan yang berikutnya, ia terjadi pada malam ganjil; kesembilan, ketujuh, kelima, ketiga atau malam terakhir. Tanda-tanda lailatul qadar adalah malamnya yang terang seperti ada rembulan terbit, tenang, sunyi, tidak dingin, tidak panas, dan tidak dihalalkan bagi bintang-binatang untuk dilemparkan di malam itu hingga pagi. Dan di antara tanda-tandanya adalah di pagi harinya matahari terbit merata, pancaran cahayanya tidak menyilaukan, cahanya seperti bulan, dan tidak halal bagi setan untuk keluar di saat itu.” (HR. Ahmad no. 21702)

Begitu juga hadits yang diriwatkan Imam Bukhori dan Imam Muslim “Barangsiapa yang shalat pada lailatul qadar karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya. Dan barangsiapa yang berpuasa ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya”. (HR. Al-Bukhari no. 1768 dan Muslim no. 1268)

 

Berburu Lailatul Qadar di Ngalah

Sebagaimana nasihat Nabi di atas untuk lebih meningkatkan kapasitas dan kualitas ibadah di malam 10 akhir di bulan ramadhan. Sebagai manivestasi hal tersebut, culture ibadah (ritual) yang sudah berpuluh-puluh tahun telah diselenggarakan di Pondok Ngalah adalah sebagai berikut: (menurut hemat kami, ada 3 klasifikasi tahapan ritual yang dilaksanakan di malam lailatul qadar), yaitu:

#Pra ritual maleman (Lailatul Qadar)

  • Setelah sholat Isya’ dan dilaksanakannya sholat Tarawih, maka digelar khataman (pembacaan) al-Qur’an hingga jarum jam menunjukkan pukul 23.30 WIB. Ritual baca al-Qur’an ini selain sebagai ibadah, adalah dimaksudkan untuk menjadi “semacam media” menanti kedatangan para jama’ah. Dengan rentang waktu sebanyak lebih dari 3 jam, jama’ah yang hendak mengikuti ritual (ibadah) maleman akan memiliki waktu persiapan yang panjang. (mengingat jama’ah yang hadir, tidak hanya dari Pasuruan. Namun, ada yang berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto dan  Malang, dls).
  • Setelah pembacaan al-Qur’an dilaksanakan, kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Yasin bersama. Hal ini selain sebagai manivestasi bentuk ibadah, juga sebagai media untuk “semacam tawasul” pembuka untuk menuju ibadah maleman (lailatul qadar). Pembacaan surat Yasin ini dipimpin oleh salah seorang qori’, dan diikuti oleh seluruh jama’ah yang sudah hadir dan di tempat (seraya I’tikaf).
  • Jika pembacaan surat Yasin telah selesai, maka qori’ melanjutkan dengan tahlil singkat, dan disambung dengan pujian-pujian (berupa) bacaan istighfar. Hal ini dilakukan jika waktu telah mendekati tengah malam, jedah waktu 10 menit sebelum imam sholat malam (pengasuh Pondok Ngalah; KH. Sholeh Bahruddin) rawuh di tempat pengimaman.

#Ritual maleman (Lailatul Qadar )

Ketika imam telah hadir. (berkisar di jam 00.00 WIB), ritual (sholat) maleman pun dimulai. Dan yang unik, juga menariknya (sepengatahuan kami.red) di setiap (sebelum) sholat sunnah, imam sholat (Kyai Sholeh Bahruddin) selalu membacakan niat sholat yang akan dilaksanakan. (menurut penafsiran kami; hal ini mempermudah mengingat [sekaligus pengajaran] bagi makmum), mengingat jama’ah yang hadir dan mengikuti ibadah maleman adalah lintas usia dan lintas pemahaman (kadar ilmunya).

Adapun sholat sunnah yang dilakukan dalam maleman ramadhan, adalah sebagai berikut:

  • Sholat sunnah syukril wudhu’ (2 rakaat)

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa berwudhu, ia menyempurnakan wudhunya, kemudian shalat dua raka’at, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

  • Sholat sunnah taubat (2 rakaat)

Sebagaimana Nabi SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba yang berdosa, kemudian ia bangun berwudhu kemudian shalat dua raka’at dan memohon ampunan kepada Allah, kecuali ia akan diampuni.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan lain-lain)

  • Sholat sunnah daf’il bala’ (2 rakaat)

yaitu sholat sunah 2 raka’at yang bertujuan agar kita terhindar dari segala mara bahaya. Adapun niat sholatnya adalah sebagai berikut :

ﺍﺼﻠﻰ ﺳﻧﺔ ﻠﺪﻓﻊ ﺍﻠﺒﻸ ﺮﻜﻌﺘﻴﻦ ﻤﺳﺗﻘﺒﻞ ﺍﻠﻘﺒﻠﺔ ﷲ ﺗﻌﺎﻠﻰ

  • Sholat sunnah tasbih (4 rakat)

Yaitu shalat empat raka’at di mana di setiap raka’atnya setelah membaca Al-Fatihah dan Surah, orang yang shalat membaca: Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallah wallaahu akbar sebanyak 15 kali, dan setiap ruku’, i’tidal, dua sujud, duduk di antara dua sujud, duduk istirahah (sebelum berdiri dari raka’at pertama), dan duduk tasyahud (sebelum membaca bacaan tasyahud) membaca sebanyak 10 kali (Total 75 kali setiap raka’at). (HR Abu Dawud dan Ibnu Huzaimah)

  • Sholat sunnah hajat (4 rakaat)

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa mempunyai hajat kepada Allah atau kepada seseorang, maka wudhulah dan baguskan wudhu tersebut, kemudian shalatlah dua raka’at, setelah itu pujilah Allah, bacalah shalawat, atas Nabi SAW, dan berdoa …” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

  • Sholat sunnah tahajud (2 rakaat)

Sebagaimana Dari Ibnu Umar Ra. bahwa Nabi SAW bersabda: “Shalat malam itu dua (raka’at)-dua (raka’at), apabila kamu mengira bahwa waktu Shubuh sudah menjelang, maka witirlah dengan satu raka’at.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

  • Sholat sunnah tsubutul iman (2 rakaat)

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang ingin imannya dijaga oleh Allah SWT hendaklah ia shalat dua rakaat setelah shalat sunat ba’diyah maghrib dengan membaca surat Al-Fatihah pada setiap rakaat, dan surat Al-Ihlas 6 kali. (Dalam Kitab I’anatut Thalibin Juz I, hal 258)

  • Sholat sunnah istikharah (2 rakaat)

Sebagaimana Dari Jabir bin Abdillah berkata: “Adalah Rasulullah SAW mengajari kami Istikharah dalam segala hal … beliau SAW bersabda: ‘apabila salah seorang dari kalian berhasrat pada sesuatu, maka shalatlah dua rakaat di luar shalat fardhu …dan menyebutkan perlunya’ …” (HR Jama’ah Ahli Hadits kecuali Imam Muslim)

  • Sholat sunnah daf’il bala’ (2 rakaat; ditujukan untuk keselamatan Jawa Timur)

Sebagaimana dalam Kitab Khozinatul Asror halaman 39, hadist shahih dari Abi Ali Hasim bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “idzaa ashobatkum mushibatun aw najalat bikum faaqotun fatawadhouu wa sholuu arbaa rakaatin wayaquulu ba’dahaa ad-du’a paraja Allahu bikum” Artinya : “Dimana menimpa kamu semua yaitu musibah atau bala maka berwudlulah dan shalatlah 4 rakaat dan setelahnya berdoalah maka Allah akan melepaskan dari semua itu..”

  • Sholat sunnah hajat (2 rakaat)
  • Sholat sunnah lailatul qadar (2 rakaat)
  • Sujud syukur

Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan Abdurrahman bin Auf yang artinya : “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, Jibril Alaihis Salam datang kepadaku dan memberi kabar gembira seraya berkata : “Sesungguhnya Rabbmu berkata kepadamu, ‘barangsiapa membaca shalawat kepadamu, Aku akan memberi shalawat kepadanya. Dan barangsiapa memberi salam kepadamu, Aku akan memberi salam kepadanya.’ “ Maka aku sujud kepada-Nya karena rasa syukur. (HR. Ahmad 1/191, Hakim 1/550, dan Baihaqi 2/371)

Sujud syukur merupakan rangkaian terakhir sebagai penutup selesainya sholat-sholat sunnah yang telah dikerjakan. Selanjutkan diteruskan dengan tawasul.

#Pasca ritual maleman (Lailatul Qadar)

Setelah selesai mengerjakan sholat-sholat sunnah seperti di atas, Kyai Sholeh Bahruddin memimpin tawasul, dan para jama’ah mengikuti dengan bacaan surat al-fatihah. Kemudian diakhiri dengan bacaan sholawat dan do’a.

 

Note:

Ada beberapa hal yang membuat kami merasa unik dan tertarik untuk terus (dan semoga istiqomah) untuk melaksanakan atau mengikuti ritual maleman ramadhan di Ngalah ini, yaitu:

  • Hampir bisa dipastikan ritual ibadah sebanyak itu kesannya adalah membutuhkan waktu yang cukup panjang, namun fakta di lapangan meski para jama’ah ada yang hadir di majlis sekitar pukul 21.00 WIB tetapi kebanyakan dari mereka hadir 1 jam sebelum sholat sunnah itu dilaksanakn. Dan selesai pelaksanaan “maleman” pun kurang dari jam 01.00 WIB.
  • Jama’ah yang mengikuti maleman lailatul qadar ini, bisa dipastikan tiap tahunnya bertambah. Hal ini dapat diketahui dari kuota parkir kendaraan (baik yang roda 2 maupun 4 | belum yang tidak membawa kendaraan). Begitu juga tempat yang ditempati oleh jama’ah untuk berjama’ah sholat sunnah. Meliputi 6 Asrama, 2 masjid dan di pertengan jalan masuk Pesantren.
  • Keamanan lokasi (baik tempat parkir/ibadah) sangat terjamin, mengingat tim satuan keamanan datang (dibantu secara suka rela)  dari golongan TNI, POLRI, BANSER, Pramuka, masyarakat sekitar dan para santri. Hampir di tiap-tiap titik jalan ada petugas.
  • Meski ada beberapa penjual (PKL, warung Kopi, dll) kondusifitas lokasi masih netral. Tidak seperti yang pernah kami ikuti ibadah lailatul qadar di Surabaya, dan kota-kota lain yang lokasinya melibatakan ribuan orang. Sumpek ora dadi kepikiran ibadah malah belanja!! Berbeda dengan di sini, setidaknya meski dengan ribuan jama’ah, kita masih bisa fokus untuk melaksanakan ibadah
  • Di tiap pertengahan sholat sunnah, Kyai Sholeh Bahruddin selalu mengajak para jama’ah untuk melaksanakan sholat sunnah daf’il bala’ yang ditujukan untuk keselamatan Jawa Timur-Indonesia.
  • Setiap kali sebelum memulai sholat sunnah, Kyai Sholeh Bahruddin tidak bosan-bosannya mengingatkan kepada jama’ah (lewat kultumnya), bahwa “kalau berdo’a jangan berdo’a hanya untuk pribadinya sendiri, melainkan untuk semua keluarga, termasuk anak–cucu”.

Jika anda berminat untuk mengikuti maleman lailatul qadar di Pondok Ngalah, ada baiknya informasi dari kami bisa anda pertimbangkan untuk sejenak direnungkan :-). Informasi tersebut adalah sebagai berikut:

  • Lokasi yang dibuat untuk melaksanakan ibadah maleman (sholat sunnah) di Pondok Ngalah ada di beberapa titik, yaitu masjid Aminah (berikut pelataran), masjid A (Darut Taqwa dan halaman Ndalem Kyai Sholeh Bahruddin), Asrama A, B, C, D, E dan  F (berikut halaman/pelataran), sepanjang jalan dari kantor Yayasan Darut Taqwa sampai pertigaan dusung Kembang Kuning, halaman kantor Madrasah Diniyah, dan halaman SMA Darut Taqwa.
  • Lokasi untuk parkir kendaraan, meliputi beberapa titik lokasi, yaitu: untuk kendaraan roda 2 bertempat di Lapangan MA-SMK Darut Taqwa (sebelah barat pesantren) dan di sepanjang jalan dusun Kembang Kuning. Sedangkan kendaraan roda 4 bertempat di halaman MI Darut Taqwa, SMP Bhineka Tunggal Ika dan Kampus Yudharta Pasuruan.
  • Pelaksanaan sholat sunnah (maleman lailatul qadar) dimulai + pukul 23.50 WIB. Namun, untuk anda yang bertempat tinggal jauh dari PP. Ngalah lebih baik berangkat minimal 1 jam sebelum sholat dimulai, mengingat sekitar pukul 23.00 WIB lokasi sudah dipenuhi oleh ribuan jama’ah.
  • Sebagai gambaran jika anda sekalian ingin menikmati kuliner di sekitar lokasi, ada beberapa lokasi tempat warung/kantin. Di sisi sepanjang jalan timur pesantren ada 2 toko makanan (di pintu gerbang tukang ojek), warung doyong (kopi plus nasi), warung Indah (nasi plus minuman ringan), warung Barokah (makanan plus minum+bakso), stand pertigaan Kembang Kuning (aneka gorengan [ote-ote, tahu, tempe,dll]), warung pak Asyik [arah kampus UYP] warkop, aneka es, nasi, dll), warung Amin (timur pesantren putri) dan Duta Swalayan. Sedangkan di sebelah barat pesantren, ada warung pojok (warkop, nasi, minuman ringan, dll), warung pak Kasun [lokasi sebelum pintu masuk parkiran barat pesantren], dan warung pak Yakut di area Lapangan MA-SMK Darut Taqwa. Selain itu ada beberapa pedagang kaki lima yang berada di samping jalan sepanjang jalan menuju pesantren (namun, jangan dibayangkan ribet sepert di Sunan Ampel – Surabaya).
  • Jika anda ingin lebih memperdalam karakter pondok pesantren Ngalah, ada baiknya anda memiliki beberapa buku terbitan PP. Ngalah (terlebih Buku Galak Gampil) yang mengupas tentang hukum syariat perspektif fikih ala keindonesiaan. Semua koleksi buku tersedia di Kopontren (duta swalayan).
  • Jika anda berkehendak menginap, maka anda bisa menempati lokasi-lokasi kamar yang telah disediakan untuk tamu di area-area Asrama santri.

______________________________________

*Jika anda punya pengalaman yang sama, mohon koreksi dan saran dari pengalaman yang sempat kami tulis. Tidak ada tujuan khusus dari penulisan ini, melainkan sebagai media “tawasul” kebaikan. Semoga bermanfaat dan berkah!!

4 Komentar leave one →
  1. alhyz permalink
    Agustus 30, 2011 10:05 am

    saatnya saya bilang sempurna……(ala demian) hehe. buagus poool wes….:)

    • Agustus 30, 2011 10:01 pm

      sekedar berusaha mengabadikan “pengalaman”…
      semoga kita masih dipertemukan di Ramadhan selanjutnya 😀
      *terimakasih telah singgah…

      • deEn permalink
        Juli 9, 2015 5:28 am

        ”galak-gampil” sudah dikodifikasi so sekarang jadi “jawabul masail”, Mas Ayik…

  2. dindah permalink
    November 30, 2013 2:26 am

    like.;]

Tinggalkan komentar